SWARNANEWS.CO.ID, JAKARTA – Momen kegiatan Capital Market Summit & Expo (CMSE) 2025, diwarnai dengan talk show dengan para investor pasar saham. Tapi eits, jangan salah dulu mereka bukan pengusaha besar atau milyuner, narasumbernya justru adalah masyarakat biasa. Dan ini menjadi bukti kalau pasar modal Indonesia memang diperuntukkan bagi rakyat.
Ketiga narasumber yang dihadirkan pada acara talk show, Sabtu 18 Oktober 2025 di main hall BEI Jakarta, yang bisa diliput secara daring melalui kanal Youtube BEI, masing masing adalah, seorang ASN single asal Papua, driver ojol investor asal Aceh dan guru tunanetra asal Jawa Timur.
Membuat talkshow ini lebih menarik, dipandu oleh jurnalis ternama pemandu acara Kick Andy Metro Tv, Andi F Noya.
Penyampaian materi ketiga narasumber ini terbilang ringan. Mereka ditanyaai Andi seputar ketertarikan mereka pada pasar modal. Sementara pendapatan mereka tentunya tak bisa dibilang besar. Namun mereka tetap tertarik berimvestasi di pasar modal.
ASN asal Jayapura, Hugo Rein Hart, seoramg ASN di Badan Kepegawaian Daerah Pemrov Papua, mengatakan, kalau ia kenal saham sejak tahun 2018 sebelum menjadi jadi ASN.
“Saya guru honorer di salah satu SMK, dan karena Covid 19, banyak pekerjaan ditunda, tidak ada waktu bekerja habiskan waktu di depan komputer. Saya cari ppertam, bagaimana cara mendapatkan uang dari internet,” kata Hugo.
Namun, sayangnya ia tak langsung berkenalan dengan pasar modal. Melainkan justru mengetahui penipuan berkedok investasi. Menurutnya ada banyak penipuan serupa ini di internet.
Hingga pada akhornya ia mengenal investasi reksadana. “Saya nonton di banyak channel tentang investasi. Lalu saya menemukan salah satu pegiat saham mengatakan, coba buat uang bekerja buat kita, jangan kita beekerja cari uang,” katanya dan kalimat inilah yang membuatnya tertarik dengan pasar modal.
Saat dirinya masih tercatat pegawai honorer, Hugo sufah mulai membeli reksadana, dengan modal awal Rp 10 ribu.
Pria single ini memilih reksadana karena sebagai pemula ia belum banyak tahu, sementara di reksadana ada manajer investasi yang akan memantau pergerakan saham.
“Saat itu belum paham belum tahu untung dan rugi, beberapa hari kemudian uang saya Rp 10 ribu sudah bertambah jadi 10.200. Itu yang mulai memacu semangat untuk menambah investasi,” akunya senang.
Untukmemperdalam pengetahuannya mengenai pasar modal, Hugo mengikuti sekolah pasar modal yang diadakan di Papua.
Lalu, pada tahun 2023, dari hasil investasi pasar modal, ia bisa membeli sebuah rumah. Dan ia siap menyambut calon istrinya kelak di rumah baru tersebut.
Hugo menyarankan bagi investor pemula, hendaknya memilih reksadana sebagai instrumen investasi. Sebab di reksadana ada manajer investasi yang akan membantu menentukan saham yang bagus untuk dibeli, dan kapan waktunya menjual. “Resiko lebih terukur dan bisa jangka panjang,” sahutnya.
Driver Ojol Asal Aceh
Serelah Hugo tampil, Andi F Noya memanggil driver ojol asal Aceh, Hairil Huda yang akan berbagi pengalaman sebagai investor saham.
Pria yang terlihat meyakinkan saat tampil jadi pembicara di acara talk show CMSE 2025 itu menyebut, ia membeli 4 saham sekaligus untuk meraih cuan besar.
Awal mula ia berkenalan dengan saham yakni pada awal 2022. Driver ojol yang biasa mangkal di kawasan Cawang Kopi dekat Universitas Syah Kuala Aceh, tertarik investasi saham setelah mendengar motivasi Gita Wiryawan, Helmy Yahya dan Prof Renald Kasali mengenai saham.
Ditambah lagi berkat motivasi yang diberikan Unggul Suprayitno seorang pemberi literasi masalah keuangan dan investasi. Kala itu Unggul berkunjung ke Aceh dan memberikan literasi mengenai keuangan secara gratis.
Atas motivasi tersebut, Hairul yang sudah 7,5 tahun menjadi driver ojol, dan ia bertekad untuk mengubah nasib.
Unggul yang memintanya menghitung pendapatan yang ia terima setiap bulan, dan untuk kelebihan uangnya bisa ia belikan emas atau investasi pasar modal.
Akhirnya ia memilih investasi di saham. Ia pun mempelajari bagaimana pasar modal dari sekolah pasar modal yang diadakan BEI. Hingga pada 5 Juli 2025, Hairul membeli saham di sebuah perusahaan sekuritas senilai Rp 1,7 juta.
Menurutnya transaksi pasar saham tidak hanya cukup cerdas saja. Tetapi harus punya tekad dan ketekunan.
Dalam perjalanannya mempelajari saham, Hairul mengaku pernah merugi senilai Rp 5,7 juta.
“ Saya belajar dari situ. Saya rugi uang, tapi saya untung dapat ilmu dan pengalaman. Akhirnya saya trading lagi, apalagi ada IPO waktu itu saya untung 700 persen,” ungkapnya.
Serelah Hairul, ada lagi Tutus Setiawan, ia adalah guru tunanetra yang juga investor pasar modal.
Saat pertama kali ingin membeli saham, dirinya sempat ditolak perusahaan securitas, mereka khawatir Tutus tak bisa bertransaksi secara daring sebab ia tunanetra.
Walau kemudian, singkat cerita Tutus diterima juga sebagai innvestor dengan modal awal Rp 5 juta.
Namun katanya masyarakat tidak perlu meniru setoran awal Rp 5 juta. Sebab dengan hanya Rp 100 ribu pun sudah bisa transaksi pasar modal. (*)